Senin, 27 Juni 2011

Perlunya Perencanaan Dana Pensiun


Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, 50% manula masih harus bekerja setelah menjalani masa pensiun. Akibat Perencanaan Pensiun yang baru dimulai setelah usia 40 tahun atau ketika mendekati masa pensiun (dikutip dari buku Wealth Management , Ubaidillah Nugraha)
Di Indonesia masalah terbesar dalam masa pensiun adalah masalah likuiditas. Keluarga Indonesia senang sekali membeli property. Merupakan suatu kebanggaan bila suatu keluarga mempunyai banyak rumah dan tanah. “Rumah orang tuaku ada 1 didaerah Jakarta Selatan, 2 di Jakarta Barat, 1 didaerah Jakarta Pusat, di Bandung masih ada 2 yang rumahnya ditunggui oleh Saudara, katanya untuk digunakan sekali-sekali kalau ada keperluan ke Bandung”. Itulah celoteh dari seorang anak. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeliharaan rumah rumah tersebut.
Bila kita bisa menjadi penonton untuk keluarga seperti ini, saya ingin mengetahui dalam berapa tahun rumah-rumah tersebut akan dijual untuk menyambung biaya hidup setiap bulannya. Pernahkah anda mengetahui, sebuah keluarga yang telah lama memasuki pensiun dan mempunyai banyak properti, dapat dipastikan diatas 10 tahun pensiun sudah 2 atau 3 propertinya dijual bahkan bisa lebih!
Mengapa ini terjadi? Karena banyak keluarga tidak menyiapkan dengan matang dana pensiunnya, kalaupun ada disiapkan dalam bentuk yang tidak likuid.
Saya ingin bercerita sedikit, Saya mengenal sebuah keluarga kita sebut saja keluarga Subiantoro dengan 2 orang anak. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil kita sebut PNS, seperti kita ketahui seorang PNS akan mendapatkan uang pensiun seumur hidupnya bahkan bila dia wafat maka istrinya masih akan dapat menerima uang pensiunnya. Hidup keluarga tersebut sederhana. Keluarga tersebut menurut saya agak “arogan” dan tidak mau menerima info baru apabila ada kerabatnya akan menyampaikan informasi tentang keuangan keluarga.
Beberapa tahun yang lalu, sang suami pensiun. Ketika pensiun kedua anaknya masih bersekolah. Anak paling besar baru menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum dan tidak dapat melanjutkan kebangku kuliah. Anak yang kedua masih dibangku Sekolah Menengah Pertama tetap harus bersekolah.
Seorang teman bercerita bahwa keluarga Subiantoro setelah masa pensiun sering sekali bertengkar pada malam hari, intinya adalah karena uang yang diperoleh dari uang pensiun tidak mencukupi kehidupan sehari-hari. Sering juga keluarga Subiantoro meminjam uang kepada tetangganya, bahkan sering juga keluarga tersebut hanya dapat makan 1 atau 2 kali dalam satu hari. Sekarang keluarga tersebut memasuki tahun ke 3 masa pensiun. Anak keduanya masih duduk dibangku SMU, dan sangat diharapkan segera menyelesaikan sekolahnya.
Setelah mendengar cerita tersebut saya termenung. Bagaimana dengan saya nanti? Suami saya seorang PNS yang akan mendapat uang pensiun setiap bulan. Apa yang harus saya lakukan? Bagaimana dengan keluarga yang bekerja dan perusahaannya tidak membantu dalam menyiapkan dana pensiunnya?
Masih banyak cerita yang tidak menyenangkan ketika pensiun. Sehingga pensiun menjadi suatu hal yang ditakuti, tetapi tidak dapat dihindari, itu akan terjadi kepada sebuah keluarga.
Mungkin kita tidak sadar perjalanan hidup kita dari sudah pendapatan dan pengeluaran. Anggap saja mulai bekerja di usia 25 tahun dan pensiun usia 55 tahun, berarti masa kerja kita selama 30 tahun. Mulai pensiun usia 55 tahun sampai wafat usai 75 tahun. Artinya kita akan melewati masa pensiun selama 20 tahun, Masa itulah masa yang akan memerlukan biaya banyak. Orang sering beranggapan kalau pensiun tidak perlu uang banyak, itu salah besar. Bukan biaya transportasi, makan siang dan entertainment yang memerlukan biaya banyak, tetapi biaya berobat yang diperlukan. Berapa banyak orang yang menyiapkan dana hari tua , terutama biaya untuk berobat. Kalau dalam hitungan mungkin hanya 10 orang dari 1 juta orang.
Ada saja alasan seseorang untuk menolak menyiapkan pensiun. Padahal menyiapkan pensiun itu manfaatnya untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Beberapa alasan penolakan atau menunda merencanakan dana pensiun :
  1. Sudah ada uang pensiun dari perusahaan
  2. Seorang PNS jadi tidak perlu lagi dana pensiun karena akan mendapat dari Negara
  3. Masih muda
  4. Masih banyak tanggungan keluarga
  5. Belum bisa menabung
  6. Banyak anak, pasti aka nada yang menampung bila pensiun.
Alasan-alasan ini yang akan mengakibatkan kesulitan pada waktu pensiun nanti. Semakin muda usia seseorang semakin baik dalam mempersiapkan dana hari tua, karena dana yang disisihkan semakin sedikit. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam merencanakan dana pensiun :
a) Tentukan usia pensiun anda . Misalnya 25 tahun lagi
b) Tentukan biaya perbulan yang diharapkan sama dengan jumlah uang saat ini, untuk pensiun anda nanti.
c) Tentukan berapa lama anda akan menggunakan dana pensiun anda. Misalnya : 25 tahun setelah pensiun.
Sebagai contoh : seseorang yang berusia 30 tahun dan akan pensiun diusia 55 tahun. Mengharapkan biaya perbulan ketika pensiun sebesar Rp. 5.000.000,-, Dikarenakan inflasi, maka Rp. 5000.000.- saat ini, 25 tahun lagi menjadi Rp. 54.000.000,- dibulatkan. Berarti setahun sebesar Rp. 548.000.000,- diperlukan biaya hidup dalam setahun? Waduh banyak sekali, sekarang saja saya belum pernah punya uang sebanyak itu. Tetapi dengan mempersiapkannya mulai dari sekarang dengan instrument investasi yang tepat. Dengan menggunakan matematika keuangan maka yang harus disisihkan adalah sebesar Rp. 96.000,- setiap bulan. Bila anda telat memulainya 5 tahun kemudian , maka yang harus disishkan sebesar Rp. 246.000,-. 
Apa gunanya mempersiapkan dana pensiun ?
  • Agar tidak menurunkan standard hidup
  • Tidak kesulitan keuangan dikala pensiun
  • Bisa mandiri ketika masa pensiun tiba
  • Tidak menyusahkan anak-anak ataupun keluarga.
  • Mempunyai dana darurat untuk biaya pengobatan.



Minggu, 26 Juni 2011

Apakah Reksadana Itu?

Perbedaan menabung dan berinvestasi adalah tujuan dan kejelasan dari pada tujuannya. Menabung biasanya tidak menentukan kapan dana akan digunakan, berapa dana diperlukan, jenis investasi yang akan digunakan dan tidak menggunakan strategi. Berinvestasi biasanya sudah ditentukan tujuannya, berapa lama lagi akan digunakan, instrumen investasi apa yang akan dipakai, berapa dana harus diinvestasikan, dan menggunakan strategi untuk mencapainya.

Eko P. Pratomo dalam bukunya “Berwisata Kedunia Reksadana” menulis berinvestasi adalah proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut (

Ada beberapa macam instrument investasi seperti, deposito, obligasi, saham, reksadana, emas, property , usaha dan lain sebagainya. Kali ini kita hanya akan membahas reksadana, karena Unitlink menggunakan instrument investasi ini.

REKSADANA

Reksa dana sarana investasi yang sederhana dimana setiap orang dengan tujuan investasi jangka panjang yang sama mengumpulkan dana mereka dan dikelola oleh manajer investasi.

Kepemilikan dana tersebut dinyatakan dalam unit saham reksa dana dan dikelola oleh Manajer Investasi. Manajer investasi hanya berperan sebagai pengelola dana-dana yang telah disetorkan tersebut dan mengambil sebagian keuntungan darinya.

Bila kita ingin berinvestasi langsung ke BEI (Bursa Efek Indonesia), kita memerlukan modal puluhan juta rupiah untuk satu jenis saham. Dengan reksadana, dengan modal yang relative kecil dalam jumlah ratusan rupiahpun, kita bisa turut berinvestasi.

Beberapa keuntungan berinvestasi di Reksadana

Berinvestasi di Reksadana sama dengan kita sudah memanajemeni resiko. Manajer Investasi dalam mengelola dananya menginvestasikan dalam beberapa tempat investasi. Selain itu kita juga bisa memilih produk sesuai dengan profile resiko kita.


1. Manajer Profesional
Reksa dana dikelola oleh manajer investasi yang sudah mendapat lisensi dari Bapepam (Badan Pengawas Penanaman Modal). Manajer investasi bekerja untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/ unit reksa dana. Sedangkan pilihan investasinya dipengaruhi oleh tujuan investasi dari reksa dana tersebut.


2. Likuiditas
Yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan untuk menarik dana. Anda bebas untuk menarik dana (baca: uang) yang Anda miliki kapanpun Anda mau, biasanya berkisar 3 hari.

3. Diversifikasi
Sama dengan dengan mengelola resiko. Didalam satu reksadana terdiri dari berbagai macam instrument investasi, sehingga kinerja satu instrument investasi tidak akan mempengaruhi keseluruhan kinerja reksa dana. Instrument investasi yang digunakan Deposito, Sertifikat Bank Indonesia, Obligasi, Saham.


Jika kita membeli sendiri sendiri saham secara langsung, mungkin kita hanya dapat membeli satu jenis saham saja dengan jumlah investasi yang puluhan juta. Nilai portofolio Anda juga tentu akan sangat bergantung pada nilai saham tersebut. Jika kinerjanya baik, Anda akan mendapatkan keuntungan, tetapi jika harga saham tersebut jatuh, Anda mendapatkan kerugian yang persentasenya sebesar investasi Anda. Tentunya sebelum terjun sendiri, kita harus mempunyai pengetahuan tentang saham. Sedangkan di Reksadana, dengan ratusan ribu rupiah kita bisa turut berinvestasi dan merasakan keuntungan yang banyak juga terbantu oleh manajer investasi yang mengelola investasi kita.

Membeli reksadana tidak sesulit yang anda bayangkan. Nasabah bisa membeli langsung kepada Manajer Investasi, atau kepada Bank penjual. Reksadana dapat dibeli dengan Rp. 100.000,-

Pemilihan jenis dana pengelolaan di Reksadana

Untuk menentukan jenis pengelolaan (fund) Reksadana mana yang akan kita ambil, mintalah nasabah untuk mengisi dulu questioner “Profile Resiko”. Pada hasil akhir di profile resiko maka akan terlihat nilai yang memperlihatkan profile resiko kita, apakah agresif , moderat, konservatif, sangat konservatif. Dari profile resiko inilah kita dapat menentukan penempatan dana apakah di equity, balance fund, fixed income, atau money market.

Rabu, 25 Mei 2011

10 Kesalahan Dalam Penjualan Asuransi Jiwa

" Hindarilah hal-hal yang dapat menggagalkan penjualan dan penjualan Anda akan meningkat " John R. Graham Graham Communications

Ada 10 kesalahan dalam hal penjualan asuransi jiwa :
1. Memilih Prospek Dengan Alasan Yang Keliru
    Penjual cenderung mencari prospek yang cocok dengan mereka. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama prospek tersebut dan menganggap hal itu merupakan bagian dari "membangun hubungan baik".
Waspadalah, jangan percaya bahwa prospek yang terbaik adalah prospek yang cocok dengan Anda.
" Prospek sebagai suatu pribadi sangatlah penting, tapi prospek sebagai pelanggan jauh lebih penting demi penjualan yang berhasil".

2.Menghentikan Prospekting Terlalu Cepat
   Kebanyakan penjualan gagal karena Anda mundur sebelum calon nasabah tsb siap untuk membeli.
Akibatnya penjualan tsb, diambil alih oleh penjual berikutnya. Keputusan untuk membeli memang membutuhkan waktu. Karena setiap calon nasabah memiliki gaya/karakter yang berbeda.
" Memahami sifat pembeli merupakan suatu alat/petunjuk untuk dapat mengatasi masalah dalam proses penjualan".

3. Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Prospek Untuk Berbicara
    Semakin lama prospek berbicara berarti semakin besar kesempatan untuk melakukan penjualan. Agen yang baik adalah yang menciptakan iklim bagi pelanggan untuk terlibat dalam proses membeli.
Sasaran agen adalah apabila prospek menganggap agen sebagai fasilitator yang efektif.
"Apakah Anda memberikan kesempatan kepada prospek untuk ambil bagian dalam 90% pembicaraan ?"

4. Gagal Untuk Meningkatkan Kepercayaan Prospek
    Prospek membutuhkan kepercayaan akan penjual, perusahaan, produk dan pelayanan. Anda sebagai penjual, merupakan jembatan antara pelanggan dan perusahaan dengan segala aspeknya. Jika timbul keraguan berarti tidak ada penjualan.
"

Selasa, 10 Mei 2011

Menabung Lebih Awal lebih Baik

Banyak di antara kita yang tidak terlalu peduli terhadap rencana keuangan di masa pensiun. Padahal masa pensiun adalah sesuatu yang hampir pasti terjadi suatu saat kelak. Oleh karena itu, menyiapkan rencana keuangan di masa pensiun adalah tindakan yang sangat bijaksana.

Diasumsikan bahwa usia pensiun adalah 65 tahun. Pasa saat pensiun nanti, kita ingin berhasil mengumpulkan dana untuk membiayai masa pensiun sebesar Rp 1 miliar. Berikut ilustrasi dana yang harus kita persiapkan dengan asumsi hasil investasi yang terjadi sebesar 5 %, 10 % dan 15 % [sudah bebas pajak dan telah mempertimbangkan tingkat inflasi]:
Usia 20 tahun:
5 % = 521,811
10 % = 115,917
15 % = 23,244
Usia 30 tahun:
5 % = 922,642
10 % = 307,475
15 % = 94,571
Usia 35 tahun:
5 % = 1,254,286
10 % = 506,604
15 % = 191,683
Usia 40 tahun:
5 % = 1,746,038
10 % = 847,339
15 % = 391,617
Usia 50 tahun:
5 % = 3,861,857
10 % = 2,622,815
15 % = 1,751,421
Usia 55 tahun:
5 % = 6,625,381
10 % = 5,228,783
15 % = 4,104,339
Usia 60 tahun:
5 % = 15,081,233
10 % = 13,649,790
15 % = 12,359,629
Jika saat ini kita berusia 30 tahun, dan menginvestasikan uang kita secara berkala [regular] di instrumen investasi yang menghasilkan hasil investasi sebesar 10 %, maka kita harus menyisihkan uang sebesar Rp 307,475 setiap bulan, agar kita dapat mewujudkan impian kita untuk dapat memiliki dana Rp 1 miliar pada saat usia kita mencapai 65 tahun. Jika kita beruntung mendapatkan hasil investasi sebesar 15 %, maka kita cukup menyisihkan Rp 94,571 setiap bulannya untuk dapat menghasilkan uang senilai Rp 1 miliar pada usia 65 tahun.
Semakin dini usia kita, maka akan semakin ringan bebang uang yang harus kita sisihkan untuk dapat mewujudkan impian kita.
Pada usia 20 tahun, kita hanya perlu menyisihkan uang sebesar Rp 521,811 setiap bulan untuk mendapatkan uang senilai Rp 1 miliar pada usia 65 tahun, jika kita menginvestasikan uang kita pada instrumen investasi dengan hasil investasi sebesar 5 %. Bandingkan dengan jika kita telah berusia 50 tahun. Dibutuhkan uang sebesar Rp 3,861,857 atau lebih dari tiga juta rupiah setiap bulan agar kita dapat mewujudkan impian kita untuk memperoleh uang senilai Rp 1 miliar pada saat usia kita telah mencapai 65 tahun. Padahal di usia-usia tersebut, kita juga sedang disibukkan dengan biaya kuliah anak-anak kita atau pun biaya pernikahan mereka.
Semakin dini usia kita saat mulai menabung, semakin ringan bebas uang atau dana yang harus kita sisihkan untuk dapat mewujudkan impian masa pensiun yang indah. Jadi, mulailah menabung sedini mungkin!

Senin, 09 Mei 2011

Perbedaan Tabungan Pendidikan dan Asuransi Pendidikan

Asuransi sifatnya melindungi dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengalihkan semua resiko pada perusahaan asuransi dengan mengikuti asuransi pendidikan, orangtua berupaya memastikan ketersediaan dana pendidikan untuk buah hatinya, apapun yang terjadi kelak.

sepeti kita ketahui bersama asuransi ada yang bersifat tradisional, dan unit link.

Asuransi tradisional memang memberikan jaminan kepastian ketersediaan uang dalam jumlah tertentu pada waktu yang telah ditentukan, namun tidak sedikit orang tua saat ini semakin kritis dimana mereka ingin memastikan ketersediaan dana pendidikan untuk anaknya, juga mempertanyakan return value-nya. Mengapa saat ini produk unit link lebih popular.

Kami menyarankan produk asuransi unit link, walau tetap asuransi tradisional tetap tersedia. Produk unit link yaitu PruLink dengan layanan pendidikan anak.  Sistem akan membantu merencanakan kapan kita-kira orang tua membutuhkan danan pendidikanuntuk anaknya.

Kelebihan dari unit link, selain dapat merencanakan dana pendidikan anak, orangtua juga dimungkinkan memperoleh return value dari investasi dan investasinya juga dilakukan secara transparan. Itulah mengapa asuransi berjenis unit link lebih disukai, sebab  memiliki sejumlah kelebihan diantaranya proteksi untuk memperoleh hasil lebih baik, adanya transparasi dalam pengelolaan dana untuk investasi, untusr proteksinya yang lebih beragam sehingga lebih fleksibel untuk nasabah dalam menentukan sesuai dengna kebutuhan dan adanya fleksibilitas dalaam pengambilan dana sebab tidak harus menunggu ulang tahun polis untuk menarik uang.

Mengapa harus digabung Proteksi dan investasi, belajar dari kejadian terdahulu bahwa banyak pemegang polis yang lupa untuk membayar premi sehingga polis menjadi Lapse. Dengan adanya kemudahan bahwkan tergolong mudah sekali dengan cara bayar 1 kali bayar dan proteksi langsung se umur hidup beserta nilai investasinya.

Saran

Bapak / Ibu yang sejahtera, diluar sana banyak opini tentang baiknya tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan. Sehingga kita bingung dibuatnya. Sampai-sampai saya juga bingung untuk menulis artikel ini.

Tetapi kita kembali harus berfikir sedehana dan fokus pada tujuan asal, yaitu melindungi buah atau agar tetap mendapat pendidikan yang layak apapun yang terjadi walau orang tua didak mendampingi.

Perusahaan asuransi sudah menyediakan berbagai proteksi dari a to z tinggal kita yang harus jeli, mana saja proteksi yang kita pilih. Jadi yang saya sampaikan adalah Jika Anda sebagai orang tua menginginkan jaminan proteksi pendidikan maka jawabannya adalah Asuransi Pendidikan. Jika pasti di jamin maka pilihannya adalah Tahapan Eksekutif. Jika ada yang bilang return value dibilang kurang masih ada pilihan Flexi Link / unit link.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah,  Investasinyakan itu kan turun naik, maka saya sampaikan adalah kembali bahwa  hukum ekonomi bahwa Untung tinggi, resiko tinggi. Oleh sebab itu tugas saya menyampaikan bahwa walaupun resiko tinggi bukan berarti tidak untung besar. Unit link dipercayakan kepada fund Manager dan dikelola secara profesional oleh Schrooders, perusahaan investasi yang berprestasi dalam mengelola keuangan. Pertama kali unit link di lepas harga per unit adalah Rp. 1000,- dan 17 bulan kemudian sudah menjadi Rp. 1.900 atau naik 90%.

Jika diperhatikan bahwa pada 2008 terjadi penurunan yang sangat drastis pada saat itu, apakah para pemegang unit link rugi. Maka jawaban saya adalah tidak... kok bisa ... yaa bisa donk ...kan secara nilai beli dan jual mungkin terjadi minus tetapi belum minus Mutlak. Apa yang pada saat itu saya lakukan, saya ambil dana simpanan pendek saya dan kemudian saya top up pada saat mulai beranjak naik.

Jadi Bapak / Ibu tidak perlu khawatir kita harus mental pengusaha, mau untuk besar siap dengan resiko besar dan terbukti tidak sampai satu tahun sudah naik lagi. Jika kita mental pengusaha maka orang lain sedang rugi, kita bisa melihat peluang. Nah bagi yang tutup pada saat itu tinggal gigit jari karena tidak fokus dengan niat awal bahwa kita menabung / berinvestasi jangka panjang, bukan sesaat.

Jadi berinvestasi di Unit link untuk jangka panjang jauh lebih aman ... kan ... Jika Bapak / Ibu memahami tulisan saya ini ... maka saya acungkan 4 jempol.... Bahwa tujuan kita jangka panjang, kemudian proteksi anak juga utama.

Jumat, 06 Mei 2011

Keunggulan Asuransi Unit Link

Tidak terasa tahun 2007 telah hampir berlalu, namun kita masih ingat beberapa kejadian yang telah terjadi di tanah air diantaranya berbagai musibah beruntun seperti semburan lumpur panas, flu burung, demam berdarah, banjir, gempa bumi dan tanah longsor hingga musibah pada transportasi darat, laut dan udara seperti terbakarnya pesawat Boeing 737-400 Garuda Indonesia sesaat sebelum mendarat di Jogjakarta.
Manajemen Resiko
Dalam kehidupan manusia, faktor resiko adalah sesuatu yang pasti terjadi. Mulai dari resiko kehilangan aset atau harta, resiko sakit, cacat total hingga resiko kehilangan jiwa atau meninggal. Penyebabnya bisa secara alamiah (karena sakit) maupun karena kecelakaan dan ironisnya kita tidak pernah tahu kapan risiko itu akan terjadi. Namun, manusia masih dapat melakukan pengelolaan risiko yaitu dengan memindahkan risiko kepada pihak lain (dalam hal ini perusahaan asuransi) merupakan salah satu cara.
Jika kita berbicara resiko akan kematian kita akan langsung terbayang asuransi jiwa. Ya setiap manusia pasti akan mengalaminya, bagi mereka yang memiliki keluarga tentu ingin memberi proteksi yakni suatu kepastian apabila yang bersangkutan dipanggil oleh Sang Khalik maka keluarga yang ditinggalkan tetap menjalankan kehidupan dengan layak antara lain sandang pangan terus dipenuhi, anak tetap sekolah hingga tingkat yang tertinggi dan sebagainya.
Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk memindahkan risiko, di mana apabila terjadi risiko kematian pada seseorang maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan. Dalam industri asuransi jiwa di Indonesia saat ini, dikenal jenis asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life (asuransi jiwa seumur hidup), endowment (asuransi jiwa tradisional dengan kombinasi tabungan), serta polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked. Asuransi jenis unit linked ini sangat populer dan hampir semua perusahaan asuransi besar memiliki produk ini bahkan beberapa perusahaan asuransi asing yang ada di Indonesia hanya menjual produk jenis unit linked tanpa menjual produk asuransi tradisional lainnya. Asuransi jiwa unit linked selain memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa, juga sekaligus memberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam investasi khususnya dalam reksadana.
Asuransi Jiwa Unit Linked
Jenis polis ini sangat digemari oleh perusahaan asuransi dan para pemegang polis (saat ini), terlihat dari pertumbuhan industri asuransi jiwa di tanah air jenis unit linked merupakan kontributor premi yang terbesar bagi banyak perusahaan asuransi jiwa. Ini adalah situasi yang kondusif bagi perusahaan asuransi karena dengan produk ini secara jangka panjang akan lebih mempercepat pertumbuhan rasio RBC (risk base capital) yang merupakan rasio resiko berbanding modal dengan minimum angka yang disyaratkan oleh pemerintah melalui Ditjen perasuransian adalah sebesar 125%. Perusahaan asuransi yang banyak menjual produk unit linked dapat dipastikan akan memiliki RBC yang tinggi karena perusahaan asuransi tidak menjaminan nilai tunai maupun nilai investasi yang diinvestasikan oleh nasabah, seluruh resiko kinerja dana investasi menjadi tanggungan nasabah itu sendiri.
Produk ini memang sangat praktis karena memudahkan nasabah dan calon nasabah. Pada produk jenis ini nasabah tidak perlu repot untuk mengunjungi dua perusahaan yakni perusahaan asuransi dan perusahaan pengelola investasi reksadana yakni manajer investasi, karena dengan produk ini proteksi dan investasi sudah dikemas menjadi satu kesatuan. Nasabah yang relatif berkantong tipis pun dapat dengan mudah mendapatkan proteksi dan melakukan investasi karena dapat dilakukan dengan jumlah nilai investasi yang relatif sedikit. Banyak unit linked yang menerima nilai investasi hanya Rp.100 ribu perbulan bahkan kurang dari nilai itu!. Produk ini pun memiliki likuiditas karena nilai investasi sejauh mencukupi dapat diambil oleh nasabah setiap saat bahkan setelah periode tertentu nilai investasi ini dapat dipergunakan untuk membayar premi dasar sehingga nasabah dapat melakukan cuti premi.
Dengan adanya aneka kemudahan tersebut di atas, seorang pembaca yang bijak perlu mengetahui lebih dalam apakah hal tersebut sudah merupakan pilihan terbaik? Jika dibandingkan dengan membeli produk yang terpisah (antara asuransi pada satu sisi dengan investasi reksadana di sisi yang lain), manakah yang dapat memberikan manfaat maksimal bagi kita? Mari kita sama-sama telaah lebih lanjut.
Pertama-tama, perlu disadari bahwa sejalan dengan kemudahan yang ditawarkan oleh produk unit linked, terdapat biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabahnya seperti Biaya Asuransi (sesuai dengan usia dan jenis kelamin nasabah), Biaya Administrasi dan Biaya Pengelolaan Investasi. Berikut ini adalah penjelasan biaya pada unit linked:
  1. Biaya Pengelolaan Investasi Umumnya perusahaan asuransi ada yang membebankan biaya
    ini di muka sebelum dana masuk ke dalam porsi investasi. Biaya ini
    dapat berupa Biaya Awal (biasanya sebesar 5% dari dana yang
    diinvestasikan) dan ada juga yang menggunakan metode bid-offer price
    yaitu dana yang masuk akan dibagi dengan harga jual (offer price) serta
    dana yang keluar atau ditarik oleh nasabah akan dikali dengan harga
    beli (bid price). Selisih dari bid-offer price biasanya sebesar 5%
    (umumnya dihitung dari offer price). Bagi nasabah yang ingin menarik
    investasinya dari unit linked yang menggunakan metode bid-offer price
    mutlak harus menghitung tingkat pertumbuhan yang sedang terjadi sejak
    dana tersebut masuk, dikurangi selisih bid-offer price.
    Perusahaan asuransi juga membebankan Biaya Pengelolaan Dana oleh
    Manajer Investasi yang besarnya bervariasi antara 0.5% - 2% pertahun
    dan sudah diperhitungkan dalam harga unit. Tingkat biaya ini tergantung
    dari jenis investasi yang dipilih oleh nasabah (reksa dana pendapatan
    tetap, saham atau campuran), besarnya dana yang dikelola, serta
    keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi jiwa.
  2. Biaya Unit Linked Premi Tunggal Pada pembayaran premi tunggal atau single premium (yaitu pembayaran
    premi hanya satu kali dan tidak ada kewajiban pembayaran di tahun
    berikut namun jika ingin menambah diperbolehkan), biasanya polis jenis
    ini juga membebankan biaya seperti Biaya Polis yang besarnya tetap
    (tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya Uang Pertanggungan), Biaya
    Administrasi untuk menutup biaya awal polis dan Biaya Mortalita yang
    besarnya tergantung jenis kelamin, usia masuk serta besarnya Uang
    Pertanggungan. Kondisi kesehatan pemegang polis juga turut mempengaruhi besarnya biaya ini.
    Uang Pertanggungan yang dijamin adalah
    sebesar 150% dari investasi awal, jika tidak ada penarikan dana di
    kemudian hari oleh nasabah. Namun apabila terjadi penarikan dana di
    kemudian hari, Uang Pertanggungan akan berkurang. Sejalan dengan
    lamanya waktu investasi, apabila pertumbuhan dana investasi telah
    melebihi Uang Pertanggungan maka jika terjadi risiko kematian, manfaat
    yang didapat oleh ahli waris sebesar nilai investasi. Sebaliknya, jika
    nilai investasi ternyata lebih kecil dari Uang Pertanggungan maka
    manfaat yang didapat ahli waris adalah sebesar Uang Pertanggungan,
    dengan catatan jika perkembangan nilai investasi tidak lebih kecil dari
    biaya-biaya yang telah disebutkan diatas.
  3. Biaya Unit Linked Premi Berkala Asuransi jenis ini pembayaran premi dilakukan berkala dan memiliki jangka waktu tertentu. Seperti asuransi polis premi tunggal, polis jenis ini juga membebankan Biaya Pengelolaan Investasi, Biaya Awal dan/atau Biaya Penebusan bagi unit linked yang menggunakan bid-offer price. Besarnya masing-masing biaya seperti yang sudah disebutkan diatas. Biaya Polis juga dikenakan, besarnya tetap (tidak dipengaruhi oleh besar atau kecilnya Uang Pertanggungan) dan ada Biaya Asuransi yang dikenakan untuk menutupi biaya mortalita yang besarnya variatif (tergantung usia masuk, jenis kelamin, besarnya Uang Pertanggungan serta faktor kesehatan).
    Patut dicermati bahwa umumnya dana yang berasal dari premi dasar tidak diinvestasikan pada tahun pertama, dengan demikian seluruh dana nasabah pada tahun pertama dipergunakan untuk menutupi biaya penjualan, administrasi, asuransi dan keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi jiwa.
    Namun demikian ada sebagian kecil dari produk unit linked di Indonesia yang mengalokasikan investasi pada tahun pertama sebesar 20%-100% dari premi dasar di tahun pertama. Sekilas terlihat menarik, namun setelah dilakukan penelitian ternyata biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah tidak sedikit, sebagai ilustrasi seorang calon nasabah akan membayar premi dasar yang lebih besar jika calon nasabah tersebut membeli produk unit linked yang mulai mengalokasikan investasi sejak tahun pertama dibandingkan dengan unit linked yang tidak mengalokasikan investasinya pada tahun pertama (lihat tabel 1).
Asuransi Tradisional dan Reksadana
Marilah kita cermati lebih dalam mengenai produk asuransi tradisional term life dengan jenis YRT (Yearly Renewable Term) yang memiliki Uang Pertanggungan yang tinggi namun dengan premi yang relatif sangat rendah. Biaya yang terdapat pada asuransi ini adalah Biaya Asuransi yang dikenakan untuk menutupi biaya mortalita, besarnya variatif (tergantung usia masuk, jenis kelamin, Uang Pertanggungan serta faktor kesehatan) dibayarkan secara berkala dalam bentuk premi serta dipastikan meningkat setiap tahun, sejalan dengan pertambahan usia nasabah. Walaupun demikian, peningkatannya relatif kecil dan apabila dikombinasikan dengan investasi melalui reksadana maka hal ini sangat berpotensi untuk mempercepat nilai akumulasi investasi reksadana tersebut. Sebagai contoh seorang pria tidak merokok usia 39 tahun, uang pertanggungan Rp 1 Milyar, kisaran premi yang dibayar per tahun adalah Rp 3.5 juta hingga Rp 4 juta (hanya menabung sebesar Rp 292 ribu – Rp 334 ribu perbulan). Pada periode yang sama juga dilakukan investasi pada reksadana. Investasi dilakukan secara berkala (setiap bulan atau setiap tiga bulan) hingga target nilai uang di masa mendatang tercapai (lihat tabel 2).
Kebutuhan Keuangan (Financial Needs)
Dari contoh tabel diatas jelas terlihat asuransi unit Linked secara jangka panjang tidak menghasilkan pertumbuhan investasi yang optimal, proteksi atau uang pertanggungan juga tidak optimal, padahal kita harus sadari bahwa untuk menghitung besarnya uang pertanggungan, hendaknya kita mengerti akan nilai ekonomis pada diri kita dikombinasikan dengan tujuan keuangan dari diri kita misalnya kebutuhan proteksi dana pendidikan, proteksi atas penghasilan dll., lalu tentukan berapa besar nilai uang yang akan digantikan jika terjadi risiko kelak. Dalam menghitung jumlah investasi yang akan kita lakukan, hitunglah proyeksi target minimal nilai uang yang akan didapat sesuai kebutuhan keuangan kelak (future value) serta tentukan target return minimal yang akan didapat setiap tahunnya.
Membangun Bangsa
Mereka yang memiliki income dan masih diberikan anugerah kesehatan oleh Yang Maha Kuasa, asuransi dan investasi adalah suatu keharusan, apakah dengan unit linked ataupun dengan cara membeli asuransi dan reksadana secara terpisah. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian kita memberikan kontribusi dalam mempercepat proses pertumbuhan dan ketahanan ekonomi negara yang kita cintai bersama yaitu Indonesia Raya.

Kamis, 05 Mei 2011

Asuransi Jiwa dengan Premi Minimum


"Berapa premi minimumnya???"...."ada yang lebih murah gak preminya???"... pertanyaan tersebut paling sering kita ucapkan ketika seseorang agen asuransi menawarkan program asuransi jiwa ke kita.

Benarkah kita hanya membutuhkan premi yang paling minim atau yang lebih murah???

Asuransi jiwa sebagai dana pengganti income
Salah satu guna membeli asuransi jiwa adalah sebagai jaminan bagi berlangsungnya kehidupan keluarga. Tentunya kita menyadari bahwa setiap manusia akan menghadap ke sang pencipta pada akhirnya. Kapan kita akan menghadap sang pencipta masih merupakan misteri. Karena sifat misteri inilah kita sebagai pencari nafkah wajib memiliki asuransi jiwa sebagai langkah proteksi.

Untuk mengetahui berapa nilai Uang Pertanggungan yang diperlukan agar cukup dan sesuai dengan kebutuhan keluarga bila terjadi resiko meninggalnya si pencari nafkah adalah sbb (perhitungan sederhana):

(Income perbulan x 12)/(bunga deposito 1 tahun)

Contoh: A berpenghasilan Rp 5 juta tiap bulannya. Bunga deposito pertahun 6% maka UP yang dibutuhkan adalah :
5,000,000x12/6% = 1,000,000,000

dengan UP sebesar 1,000,000,000 bila si pencari nafkah meninggal dunia maka keluarga yang ditinggalkannya memiliki dana cadangan income yang setara dengan dana income yang diperoleh pada saat pencari nafkah masih hidup yaitu Rp 5,000,000 tiap bulannya.

Dalam mempersiapkan dana pengganti income ini kita wajib mereview nilainya sesuai dengan perubahan income kita. Selain income pengeluaran kita tiap bulan juga dapat dijadikan sebagai alat perhitungan berapa UP yang dibuthkan.

Asuransi Jiwa sebagai Warisan
Selain sebagai dana pengganti income, asuransi jiwa sangat ideal digunakan sebagai harta pusaka atau warisan bagi keluarga. Dengan modal yang relatif lebih sedikit kita bisa meninggal dana/harta pusaka yang cukup besar. Sebagai contoh untuk mempersiapkan dana warisan sebesar Rp 1M seorang pria 35 tahun hanya membutuhkan dana 12 juta pertahun selama 10 tahun (selain dana pasti sebesar 1 M sebagai warisan si pencari nafkah juga memiliki benefit tambahan berupa kesempatan mengembangkan nilai uangnya hingga Milyaran rupiah dengan hanya memiliki 1 polis asuransi jiwa saja-jika menggunakan unit link sebagai pilihan).

Asuransi jiwa sebagai dana cadangan setelah kematian
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa setelah meninggalpun masih ada biaya yang harus dikeluarkan. Sebelum dikuburkan ada biaya ambulan, biaya sewa lahan kuburan, biaya peti mati, kain kafan dll. Dibeberapa daerah di Indonesia bahkan ada upadara adat sebagai penghormatan terakhir bagi mendiang/almarhum.

Biaya-biaya tersebut baik untuk upacara adat maupun sekadar sewa lahan dll terkadang jumlahnya cukup besar. Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk mengantisipasi biaya biaya setelah meninggal agar tidak memberatkan keluarga yang ditinggalkan adalah dengan mempersiapkan dana tersebut melalui asuransi jiwa. Besarnya UP yang dibutuhkan tentu disesuaikan dengan perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk keperluan upacara atau keperluan penguburan tersebut.

Dengan membayar uang premi yang jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan benefit yang kita peroleh apakah kita masih perlu bertanya premi minimum atau premi yang lebih murah untuk Polis Asuransi Jiwa???

Rabu, 04 Mei 2011

Macam - Macam Asuransi


Pada dasarnya, asuransi dapat dibagi menjadi 2 kategori pokok yaitu:
  1. Asuransi Jiwa (Life Insurance), yang mana objek pertanggungannya adalah manusia dan yang ditanggungkan adalah kehidupan seorang manusia.
  2. Asuransi Umum (General Insurance), yang mana objek pertanggungannya adalah harta benda (aset), baik yang bergerak maupun tidak bergerak.
Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa Konvensional terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
  1. Whole Life Insurance adalah asuransi yang preminya sangat wajar dan memberikan proteksi sampai 99 tahun serta menghasilkan nilai tunai yang dapat diambil setelah 2 tahun mengendap atau dibiarkan sampai batas waktu yang Anda tentukan sendiri. Keistimewaan dari produk ini adalah nilai tunai yang terbentuk akan terus bertambah meskipun masa pembayaran preminya sudah habis.
  2. Term Life Insurance adalah asuransi murni yang tidak membentuk nilai tunai dan berjangka waktu tahunan. Premi yang dibayar harus diperbaharui setiap tahun dan disesuaikan dengan usia tertanggung.
  3. Endowment Insurance adalah asuransi yang memberikan manfaat pembayaran tunai dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan di awal pertanggungan. Asuransi ini membentuk nilai tunai dengan unsur investasi. Secara umum, preminya lebih mahal ketimbang Term Life Insurance namun manfaatnya bisa kita pilih sesuai kebutuhan, misalnya Asuransi Pendidikan atau Asuransi Dana Pensiun.
Asuransi Umum
Asuransi Umum terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
  1. Marine Cargo Insurance adalah asuransi yang memberikan perlindungan atas barang yang dikirim dari suatu kota ke kota lain di suatu negara atau antar negara. Risiko yang dijamin berupa kecelakaan dan kebakaran atas kendaraan pengangkut, kecurian, dan pembajakan selama dalam perjalanan.
  2. Property Insurance adalah asuransi yang menjamin berbagai aset yang umumnya tidak bergerak, seperti bangunan, mesin-mesin dan bahan baku produksi, serta barang dagangan. Risiko yang dijamin berupa kebakaran, banjir, gempa bumi, huru-hara, dan berbagai musibah lainnya.
  3. Motor Insurance adalah asuransi yang melindungi kendaraan (mobil dan sepeda motor) terhadap kecelakaan, kebakaran, dan pencurian.
  4. Engineering Insurance adalah asuransi yang memberi perlindungan atas pekerjaan konstruksi, pemasangan instalasi rangkaian mesin, mesin-mesin yang telah terpasang serta peralatan elektronik dan boiler.
  5. Marine Hull & Aviation Insurance adalah asuransi yang memberikan jaminan atas rangka kapal laut dan udara akibar kecelakaan atau kebakaran.
  6. Liability Insurance adalah asuransi yang menjamin kerugian atas gugatan pihak ketiga akibat kesalahan dan/atau kelalaian dan/atau cacat produk dan/atau tindakan profesional.
  7. Miscellaneous Insurance adalah berbagai asuransi yang tidak termasuk dalam jenis Asuransi Umum sebelumnya, misalnya asuransi uang, asuransi perjalanan, asuransi kesehatan, asuransi golf, dan lain sebagainya.

Selasa, 03 Mei 2011

Pentingnya Asuransi Jiwa


Ada suatu pandangan yang beredar dalam masyarakat bahwa dengan membeli asuransi jiwa, itu berarti kita menempatkan suatu HARGA terhadap nyawa seseorang. Pandangan ini kurang tepat. Membeli asuransi jiwa bukan berarti membeli nyawa. Mengapa?
Kita semua tahu bahwa tiap orang pasti meninggal dunia. Pada saat kita hidup, kita membutuhkan uang. Jika kita punya keluarga, maka keluarga kita butuh uang untuk pendidikan, pelayanan kesehatan, hiburan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Jika kita meninggal, siapa yang menanggung semua biaya tersebut? Di sinilah kegunaan asuransi! Perusahaan asuransi jiwa akan memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkan. Dengan demikian, keluarga kita mempunyai dana sementara untuk menyambung hidup.
Dengan mengambil asuransi jiwa, kita memberikan perlindungan bukan kepada diri sendiri melainkan kepada keluarga yang kita cintai.
Demikian, semoga Anda menyadari manfaat sesungguhnya yang ditawarkan oleh asuransi jiwa. (Tentu saja, tidak ada gunanya mengambil asuransi jiwa jika Anda tidak mempunyai tanggungan.)

Rabu, 20 April 2011

Asuransi Jiwa Bagi Keluarga


Masyarakat Indonesia pada umumnya, masih enggan atau mengabaikan pentingnya perencanaan asuransi. Bila mereka didatangi oleh agen asuransi, maka mereka akan menghindar. Hal ini mungkin juga karena agen asuransi itu sendiri, di mana mereka seringkali menjual dengan paksa atau push selling.
Agen asuransi seringkali menjual produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan kliennya, sehingga klien merasa dirugikan. Motivasi yang timbul dari sebagian agen asuransi adalah mendapatkan komisi terbesar dari jenis produk asuransi yang ada bukan kebutuhan atau keinginan dari kliennya.
Dengan latar belakang cerita di atas, masyarakat kita menjadi enggan bila berhubungan dengan perusahaan asuransi. Mereka belum menjadikan asuransi menjadi salah satu kebutuhan bagi kelangsungan kehidupan keluarga. Oleh karena itu kami mencoba untuk memberikan ulasan seputar pentingnya asuransi bagi keuangan keluarga, baik jangka pendek maupun panjang. Sebagai contoh, asuransi jiwa (life insurance).

Jenis asuransi yang paling tua ini memberikan perlindungan terhadap pihak yang ditinggalkan (keluarga, ahli waris) bila seseorang meninggal dunia, baik secara tiba-tiba maupun sesuai dugaan. Perlindungan ini bersifat finansial. Namun, perlindungan finasial ini dapat memberikan dampak psikologis dan sosial-emosional lain. Sekurang-kurangnya mereka tidak sampai merasa kehilangan seluruh dukungan finansial dari orang yang meninggal dunia.
Asuransi Jiwa
Dalam merencanakan proteksi, maka langkah pertama adalah menentukan apakah Anda membutuhkan asuransi untuk proteksi? Secara singkat asuransi jiwa merupakan penyisihan dana untuk memproteksi atau menjaga kelangsungan kehidupan keluarga yang dicintai. Bila Anda tidak memiliki tanggung jawab finansial untuk orang lain (keluarga), Anda tidak membutuhkan asuransi jiwa.
Bila Anda masih lanjang dan belum menikah maka mungkin akan lebih baik bila Anda membeli asuransi kesehatan (bila tidak ada benefit dari perusahaan). Atau mungkin Anda dapat membeli asuransi untuk penyakit-penyakit kristis atau biasa disebut asuransi critical illness. Dengan asuransi ini, bila Anda terdiagnosa, maka Anda akan mendapatkan uang sekaligus atau lum sump, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian Anda.
Bagi mereka yang masih lanjang, membeli asuransi jiwa dalam jumlah terbatas dapat juga dilakukan. Hal ini tentunya harus dibarengi dengan investasi yang dilakukan secara berkesinambungan.
Bagi mereka yang memiliki kekayaan dalam jumlah yang besar, membeli asuransi mungkin tidak dibutuhkan. Asuransi berguna untuk melindungi keluarga yang ditinggalkan dari kerusakan tatanan keuangan, bila terjadi resiko, maaf meninggal, maka keluarga yang ditinggal tidak merasa kesulitan dalam hal keuangan karena jumlah dana yang ditinggalkan sudah cukup besar bagi keluarganya.
Menentukan Asuransi
Masyarakat kebanyakan, mencari tahu terlebih dahulu beban biaya dari produk asuransi, kemudian menentukan berapa besar harga yang mereka sanggupi. Ini merupakan pendekatan yang terbalik. Sebaiknya, langkah awal adalah menentukan berapa besar uang pertanggungan yang Anda butuhkan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh banyak hal, misalkan usia anak-anak Anda, gaya hidup yang diinginkan oleh keluarga, dan berapa besar kemampuan pasangan Anda untuk menutupi kehilangan dari penghasilan bulanan.
Bila Anda membutuhkan asuransi jiwa untuk tujuan tertentu, misalkan menjaga kelangsungan investasi untuk biaya pendidikan anak, perhitungan besarnya uang pertanggungan yang dibutuhkan menjadi lebih mudah.
Bila membaca di berbagai buku teks seputar keuangan keluarga, paling tidak Anda menyiapkan 6 kali dari pendapatan kotor Anda atau 10 kali pendapatan bersih. Mungkin saja nilai ini cukup bagi sebagian keluarga tapi mungkin juga kurang bagi sebagian lain. Tapi paling tidak Anda memiliki acuan dalam menentukan nilai uang pertanggungan yang dibutuhkan untuk melindungi keluarga dari kekacauan dalam aspek finansial.
Kami sudah menjabarkan secara detail perhitungan kebutuhan asuransi jiwa bagi keluarga dalam pembahasan terdahulu dengan judul artikel ”tips cara menghitung uang pertanggungan asuransi jiwa”.
Asuransi Berjangka
Mempertanyakan jenis produk asuransi apa yang sebaiknya dibeli terkadang membuat banyak orang mengabaikan pentingnya proteksi bagi keluarga. Bila Anda mencari bentuk produk yang sesuai dengan pendapatan Anda atau biaya yang harus dikeluarkan, asuransi jiwa berjangka mungkin bisa menjadi awal terbaik.
Asuransi jiwa berjangka dapat diambil setiap tahun dan diperpanjang di tahun depan atau Anda dapat membelinya untuk jangka waktu yang Anda tentukan misalkan 5 tahun, 10 tahun, bahkan 20 tahun. Bila Anda membeli asuransi berjangka tahunan, biaya premi tahunannya akan selalu naik. Karena premi asuransi melihat probalitas angka kematian Anda akan semakin naik dengan bertambahnya usia. Sedangkan bila Anda membeli term asuransi berjangka 10 tahun, maka perusahaan asuransi akan menghitung biaya premi yang rata atau flat selama jangka waktu 10 tahun.
Selama Anda membayar premi setiap bulan, proteksi asuransi Anda akan tetap berlaku. Sedangkan bila Anda gagal membayar premi tahunan, proteksi asuransi Anda akan habis dengan batas waktu (grace period) yang sangat pendek—satu bulan. Asuransi ini tidak memiliki nilai tunai. Artinya, jika anda meningal dunia pada tenggang waktu yang ditentukan, maka keluarga anda akan menerima uang pertanggungan secara utuh.
Namun, jika sampai habis masa berlakunya anda belum meninggal dunia, maka premi yang telah anda bayarkan tidak akan anda terima kembali sepeser pun. Jadi, bila anda tidak meningal dunia pada masa pertangungan yang dibatasi waktunya, maka uang anda” hilang”.
Kapan Membeli Asuransi
Beberapa orang bertanya, bagaimana dengan produk asuransi yang memberikan nilai tunai? Seperti unit-link. Di mana Anda dapat memilih jenis investasi yang sesuai dengan yang Anda inginkan. Apakah sebaiknya membeli asuransi jenis ini atau membeli asuransi term dan menginvestasikan sisanya?
Bila Anda membandingkan kedua hal ini, membeli asuransi term dan menginvestasikan sisanya akan memberikan hasil yang lebih baik bila Anda secara sadar terus melakukan investasi. Bila Anda gagal atau menunda investasi karena hal-hal tertentu, hasil yang diperoleh bukan tidak mungkin lebih sedikit dari nilai tunai yang diberikan oleh produk unit-link.
Bila Anda termasuk yang sulit untuk menyisihkan dana untuk diinvestasikan secara regular setiap bulan, produk asuransi unit-link bisa menjadi alternatif. Produk ini memberikan keuntungan dari jenis investasi yang bisa kita pilih dan proteksi yang ada bersamanya.
Dengan membeli produk ini, setiap tahun (bila Anda membayar premi setiap tahun) Anda akan ditagih jumlah premi yang sama, di mana sebagian akan diinvestasikan (semakin lama semakin besar porsi investasi dibandingkan dengan proteksi) dan sebagian lain proteksi dan biaya-biaya administrasi lainnya. Untuk lebih jelasnya, kami pernah membahas produk unit-link dalam pembahasan kami terdahulu dengan judul artikel ”Unitlink sebagai Alternatif Pilihan Produk”.
Ilustrasi Perhitungan Asuransi
Asuransi jiwa ada juga yang memiliki nilai tunai. Asuransi jenis ini menggabungkan proteksi dan tabungan. Contoh jenis produk asuransi ini, whole life atau asuransi dwiguna. Bila Anda mempertimbangkan untuk membeli asuransi jenis ini, agen penjual asuransi akan memberikan illustrasi perhitungan nilai tunai yang mungkin Anda dapat. Illustrasi ini merupakan daftar angka-angka panjang yang memusingkan kepala. Secara singkat, perhitungan ini memberikan gambaran kepada Anda pertumbuhan dari nilai tunai yang ada sesuai dengan pembyaran premi asuransi yang Anda miliki.
Permasalahannya, banyak pembeli asuransi yang salah mengartikan illustrasi ini. Mereka beranggapan bahwa nilai ini adalah pasti atau dijamin. Bila terjadi penurunan bunga SBI, seperti yang terjadi satu tahun belakangan ini, nilai tunai yang akan didapat akan tertinggal jauh dari perhitungan illustrasi karena bunga yang dipakai berubah menjadi lebih rendah.
Menurut hemat kami, ada dua cara yang dapat membantu Anda untuk mengatasi problema seperti ini. Pertama, bila Anda mempertimbangkan untuk membeli asuransi dengan nilai tunai, minta kepada agen penjual asuransi untuk menghitung nilai tunai bila terjadi penurunan bunga SBI sampai yang terendah (biasanya sekitar 6 persen). Dengan begitu Anda mengetahui nilai tunai terendah yang dapat Anda peroleh dari premi asuransi yang Anda bayarkan setiap tahun.
Cara kedua untuk mengatasi kekagetan, bila terjadi perbedaaan antara hitungan ilustrasi dengan fakta yang terjadi adalah dengan meminta kepada agen asuransi untuk melihat perkembangan dari nilai tunai setiap tahun. Dengan begitu Anda dapat mengikuti perkembangan serta mengetahui pertumbuhan dari tabungan yang Anda lakukan di produk asuransi tersebut.
Demikianlah beberapa ulasan seputar perencanaan asuransi, khususnya asuransi jiwa. Secara singkat dikenal asuransi jiwa berjangka, whole life dan asuransi dwiguna. Asuransi berjangka tidak memiliki nilai tunai. Asuransi jenis ini menyerupai asuransi general.
Asuransi whole life memiliki nilai tunai. Sedangkan asuransi dwiguna memiliki benefit hidup. Di mana ada tahapan yang didapat oleh pemegang polis saat masaih hidup. Contoh asuransi ini adalah asuransi pendidikan, di mana setiap anak Anda masuk sekolah Anda akan mendapatkan tahapan berupa uang tunai. Semoga ulasan kali ini memberikan manfaat bagi Anda dan keluarga dalam merencanakan perencanaan proteksi bagi keluarga.

Selasa, 19 April 2011

Menabung Demi Masa Depan: Menjadi Agen Asuransi Jiwa

Menabung Demi Masa Depan: Menjadi Agen Asuransi Jiwa

Asuransi Melindungi Nilai Ekonomi Nasabah


Saya pernah menyimak pendapat beberapa orang tentang hidup. Ada yang bilang : “Hidup itu urusan Tuhan. Mengasuransikan jiwa kita berarti mendahului kehendak Tuhan.”
Begitu kira-kira. Dan faktanya, memang cukup banyak orang yang alergi mendengar kata ‘asuransi jiwa’. Lucunya, mereka yang alergi dengan asuransi jiwa ini sama sekali tidak sungkan untuk mengasuransikan mobil, motor atau rumah yang mereka miliki.
Makanya, tidak mengejutkan jika mayoritas pemilik kendaraan bermotor melindungi nilai ekonomi kendaraannya dengan asuransi, sementara hanya sekitar 3% saja orang Indonesia yang secara sadar melindungi nilai ekonomi dirinya dengan asuransi jiwa.
Sebenarnya asuransi jiwa bukan untuk melindungi jiwa kita. Melainkan melindungi nilai ekonomi diri kita. Misalnya, jika saat ini kita mampu menyediakan 5 juta rupiah setiap bulan untuk keluarga kita hidup dengan layak, maka asuransi jiwa membantu kita untuk menjamin agar kehidupan ekonomi keluarga kita dengan 5 juta rupiah pengeluaran itu bisa terus terjaga, ‘meskipun’ terjadi sesuatu yang menyebabkan kita tidak mampu lagi menghasilkan uang sejumlah itu. Kita tidak berharap ’sesuatu’ itu terjadi.
Namun siapa yang bisa memastikan masa depan?
Oleh karena itu, coba renungkan: Jika nilai ekonomi mobil atau rumah kita saja dilindungi, mengapa kita tidak melindungi nilai ekonomi diri kita? Apakah mobil atau rumah lebih berharga dari diri kita sendiri?
Jika kita karyawan, coba di cek apakah perusahaan tempat kita bekerja sudah menyediakan asuransi jiwa bagi kita. Perusahaan-perusaha an yang baik biasanya menyediakan asuransi jiwa bagi karyawan-karyawannya. Namun ada 2 hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, tanyakan kepada HRD, apakah asuransi yang disediakan itu hanya berlaku selama kita bekerja di perusahaan itu, atau bisa dilanjutkan sendiri seandainya kita berhenti bekerja.
Pada umumnya jika karyawan resign atau pensiun, maka asuransi jiwanya secara otomatis akan terputus. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk membeli asuransi jiwa sendiri. Kecuali jika kita berencana untuk bekerja terus sebagai profesional.
Tetapi, perlu dipertimbangkan juga, jika kita pensiun, apakah perlindungan itu bisa dibawa pergi sebagai paket pensiun atau tidak.
Kedua, jika perusahan telah menyediakan asuransi jiwa yang bisa kita kelola sendiri (bisa dibawa pergi dan dilanjutkan sendiri) maka mungkin sudah waktunya untuk melakukan perencanaan keuangan atau biaya sekolah anak-anak di masa depan.
Memang ada orang yang lebih suka menabung setiap bulan di bank, dan tidak diambil-ambil. Tidak masalah jika kita bisa berdisiplin demikian. Tetapi, jika tidak, mungkin asuransi pendidikan bisa menjadi jalan keluarnya.
Selain dari itu, asuransi pendidikan mempunyai kelebihan dari sisi perlindungan, yang tidak dimiliki oleh tabungan pendidikan.
Prinsipnya: jika terjadi ’sesuatu’ pada diri kita, maka anak-anak kita tetap mendapatkan jaminan pembiayaan pendidikan sesuai dengan yang kita rencanakan.
Sekalipun kita tidak berminat untuk membeli polis asuransi, kita tidak perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan agen asuransi. Tidak ada ruginya jika kita memahami mekanisme perencanaan keuangan model ini.
Paling tidak, kita bisa membandingkannya dengan strategi perencanaan keuangan yang saat ini kita jalankan. Meskipun kita tidak membeli polis asuransi dari mereka, mereka biasanya dengan senang hati membantu kita untuk mendesain rencana keuangan jangka panjang kita. Artinya, kita bisa mendapatkan konsultasi gratis tentang perencanaan keuangan kita. Lumayan kan?
Saat ini asuransi sudah banyak yang dikombinasikan dengan investasi. Jadi, anda akan mendapatkan benefit perlindungan, sekaligus melihat porsi uang yang anda bayarkan sebagai tabungan atau investasi yang terus bertumbuh dan berkembang.

Jumat, 15 April 2011

Hitung-Hitung Asuransi Unit Link vs. Mengambil Terpisah


Bulan lalu, Tabloid Kontan Edisi Khusus membahas asuransi unit link. Salah satu artikelnya membahas perbandingan asuransi unit link dengan mengambil reksadana dan asuransi term life secara terpisah. Kontan membuat ilustrasi dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
  • Produk asuransi jiwa + kecelakaan, nasabah diilustrasikan meninggal dunia pada tahun keenam.
  • Uang pertanggungan asuransi jiwa sebesar 50 juta dan bonus 20 juta.
  • Besar setoran premi per tahun Rp 10 juta
  • Instrumen investasi pendapatan tetap dengan asumsi keuntungan 14% per tahun.
Menurut perhitungan Kontan, dengan unit link uang pertanggungan yang akan dibayarkan adalah sebesar Rp 105.040.000. Sedangkan jika mengambil terpisah, uang pertanggungan yang akan dibayarkan sebesar Rp 122,1 juta.

Kesalahan Perhitungan Tabloid Kontan
Walaupun demikian ada kesalahan perhitungan yang dilakukan Kontan. Menurut perhitungan saya seharusnya bukan Rp 122,1 juta, tetapi hanya Rp 63,3 juta + Rp 50,4 juta = Rp 113,7 juta. Selain itu asuransi yang digunakan Kontan berjenis whole life, sedangkan seharusnya yang diambil adalah yang berjenis term life. Pada ilustrasi yang dilakukan Kontan tersebut, nasabah membayar premi sebesar Rp 1.6 juta per tahun untuk uang pertanggungan Rp 50 juta. Sebagai perbandingan, besar premi asuransi term life untuk pria umur 30 tahun dengan uang pertanggungan Rp 50 juta hanyalah sebesar sekitar Rp 150 ribu per tahun saja. Selisihnya yang besar tersebut tentu lebih optimal jika disetorkan ke reksadana.
Di luar itu semua, saya tidak setuju dengan benchmark seperti ini karena hanya memperhitungkan satu skenario saja. Masih ada banyak skenario lainnya yang mungkin muncul dalam kehidupan kita. Sebagai contoh ekstrim, saya bisa saja menggunakan uangnya untuk mengambil asuransi term life dengan uang pertanggungan sebesar Rp 1 milyar. Dan dengan skenario meninggal pada tahun ke-6, uang pertanggungan yang diperoleh jelas sangat jauh melebihi dua ilustrasi yang disajikan Tabloid Kontan tersebut, tetapi bukan berarti keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik.
Reaksi Agen Asuransi Unit Link
Sebagai pengamat asuransi dadakan, mau tidak mau saya terlibat pada perang opini. Apalagi artikel saya Asuransi Unit Link vs Reksadana –yang disinyalir mirip dengan artikel di Tabloid Kontan tersebut– kerap kali dijadikan bahan referensi oleh banyak pihak di berbagai forum.
Reaksi agen asuransi unit link pun bisa dengan mudah ditebak, mereka langsung mengeluarkan apa yang mereka anggap sebagai kartu as mereka, yaitu rider payor.
Pada asuransi jiwa ada manfaat yang namanya waiver of premium. Manfaat ini akan membebaskan pembayaran premi sampai batasan-batasan tertentu jika nasabah didiagnosis mengidap penyakit kritis atau tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya. Lebih jauh lagi, pada unit link manfaat payor bukan hanya akan membebaskan pembayaran premi asuransi jiwa, tetapi juga akan membebaskan setoran pada porsi investasi.
Jika pada ilustrasi unit link yang dilakukan Kontan tersebut di atas ditambahkan skenario nasabah menderita penyakit kritis dan polis unit link dilengkapi dengan perlindungan penyakit kritis serta payor, maka unit link-lah yang akan keluar sebagai pemenang mutlak.
Menggantikan Manfaat Payor Jika Mengambil Terpisah
Jika nasabah mengambil asuransi dan reksadana terpisah, jelas tidak ada layanan yang sama persis seperti payor pada unit link. Tetapi tidak sulit untuk mengambil manfaat yang setara dengan cara melakukan kompensasi berupa penambahan manfaat pada manfaat dasar dan penyakit kritis yang nilainya setara dengan payor di unit link.
Untuk menghitungnya cukup dengan menggunakan rumus standar ‘nilai saat ini dari sebuah anuitas’ (present value of an annuity). Hal ini bisa dihitung secara manual, menggunakan fungsi PV() pada spreadsheet, atau menggunakan salah satu dari sekian banyak layanan kalkulator finansial yang ada di Internet.
Contoh soal: Pada sebuah polis asuransi unit link terdapat manfaat payor yang akan membayarkan Rp 12 juta setiap tahunnya sampai nasabah berusia 65 tahun jika nasabah didiagnosis menderita penyakit kritis. Sebagai informasi, usia nasabah saat ini adalah 35 tahun dan diasumsikan perkembangan investasi adalah sebesar 8% per tahun. Pertanyaannya, jika seandainya nasabah mengambil asuransi term life dan reksadana secara terpisah, berapa besar uang pertanggungan yang harus ditambahkan ke manfaat dasar dan penyakit kritis guna untuk mendapatkan manfaat yang setara dengan payor tersebut?
Jawaban: Gunakan rumus ‘nilai saat ini dari sebuah anuitas’ dengan parameter-parameter suku bunga sebesar 8%, jumlah periode 65-35=30 dan besar pembayaran periodik Rp 12 juta. Jawabannya adalah Rp 135 juta.
Dari contoh tersebut, setelah mendapatkan uang pertanggungan, nasabah bisa menyetorkan Rp 135 juta secara sekaligus ke sebuah instrumen investasi dengan perkembangan 8%. Kemudian nasabah bisa saja menarik dana sejumlah Rp 12 juta setiap tahunnya dan uang tersebut tidak akan habis sampai nasabah berusia 65 tahun.
Praktis manfaat yang didapatkan nasabah akan sama saja jika seandainya yang bersangkutan mengambil manfaat payor dari sebuah asuransi unit link.
Perbandingan Versi Saya
Dalam rangka memperingati Hari Asuransi 18 Oktober 2007 dan untuk menghilangkan segala keraguan di antara kita semua, maka kali ini saya ikut-ikutan membuat ilustrasi perbandingan dengan parameter-parameter sebagai berikut:
  • Budget sebesar Rp 9 juta per tahun
  • Perkembangan investasi sebesar 17% per tahun
  • Suku bunga deposito berjangka sebesar 6.5% per tahun (untuk keperluan perhitungan manfaat yang setara dengan payor)
  • Manfaat kematian sebesar Rp 500 juta
  • Manfaat penyakit kritis sebesar Rp 250 juta yang memotong manfaat kematian.
  • Unit link menggunakan rider payor sebesar Rp 9 juta/tahun yang akan dibayarkan sampai nasabah berusia 55 tahun setelah nasabah didiagnosis mengidap penyakit kritis.
Perbandingan dilakukan selama 20 tahun. Sepanjang 20 tahun tersebut, asuransi term life dalam ilustrasi saya selalu memberikan manfaat yang paling tidak setara dengan yang diberikan oleh unit link. Perlu diperhatikan pula dalam beberapa kasus di ilustrasi ini, term life memberikan manfaat asuransi yang lebih banyak daripada yang diberikan oleh unit link. Walaupun dengan handicap seperti ini, mengambil reksadana dan asuransi term life secara terpisah ternyata tetap bisa jauh mengungguli unit link secara terus menerus sepanjang periode. Pada akhir periode, reksadana + term life terpisah memberikan nilai tunai 37% lebih banyak daripada yang diberikan oleh unit link.
Perbandingan Nilai Tunai
Perbandingan Manfaat Kematian
Data mentah spreadsheet dalam format OpenDocument dan Microsoft Excel.
Agen asuransi boleh saja terus berkutat dengan argumen “jika mengambil terpisah nasabah tidak akan mendapatkan manfaat payor“. Tetapi kenyataannya manfaat tersebut dapat dengan mudah direplikasikan jika nasabah mengambil terpisah, dan bukan hanya itu, hasil yang didapatkan masabah akan jauh lebih maksimal.

Jumat, 01 April 2011

Asuransi Unit Link vs. Reksadana


Sejak beberapa tahun yang lalu, di Indonesia mulai marak dipasarkan produk-produk asuransi unit link. Unit link adalah produk asuransi yang menggabungkan layanan asuransi dan investasi sekaligus. Dengan menjadi nasabah produk unit link, seseorang bisa mendapatkan manfaat ganda yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Produk asuransi yang ditawarkan bisa berbentuk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, tetapi biasanya dipasarkan dalam kemasan yang lebih menarik bagi masyarakat: misalnya tabungan masa depan atau asuransi pendidikan.
Seperti halnya asuransi biasa, nasabah asuransi unit link membayar premi setiap jangka waktu tertentu, biasanya bulanan. Perbedaannya, nasabah unit link membayar premi dalam dua porsi: porsi premi perlindungan dan porsi investasi. Premi perlindungan berfungsi sama dengan premi pada asuransi biasa. Sedangkan porsi investasi akan disetorkan oleh perusahaan asuransi kepada manajer investasi untuk dikelola. Pada produk-produk tertentu, jika nantinya return dari investasi bisa menutupi biaya premi, maka nasabah memiliki pilihan untuk tidak membayar premi.

Sebagian besar perusahaan-perusahaan jasa manajer investasi ini biasanya memiliki produk reksadana retail yang ditawarkan ke masyarakat. Ini yang membuat saya berpikir keuntungan dan kerugian mengikuti layanan asuransi dan reksadana secara terpisah, ketimbang mengikuti layanan unit link yang menggabungkan kedua jenis layanan tersebut.
Menjadi nasabah investasi unit link dan reksadana sebenarnya tidak jauh berbeda. Dalam keduanya, nasabah diminta untuk memilih kemana dana yang disetorkan akan diinvestasikan. Pilihan yang disediakan adalah ekuitas, fixed income, pasar uang atau kombinasi di antaranya. Keduanya sama-sama memiliki resiko yang kurang lebih sama, tergantung dari jenis investasi yang dipilih. Tetapi tentunya bukannya tidak ada perbedaan sama sekali.
Besar Biaya Akuisisi
Biasanya, asuransi unit link dipasarkan secara sangat agresif, tidak jarang menggunakan sistem pemasaran langsung. Di sisi lain, manager investasi minim melakukan pemasaran. Pemasaran yang agresif bisa menjaring lebih banyak nasabah, tetapi biaya akuisisi akan semakin tinggi dan biaya ini tetap akan dibebankan kepada nasabah.
Sebagai contoh, salah satu produk asuransi link unit membebankan biaya akuisisi kepada nasabah sebesar 41% dari setoran porsi premi asuransi untuk lima tahun pertama. Biaya ini kemudian akan ditalangi dengan tidak memberikan sebagian manfaat asuransi pada tahun pertama dan sisanya kemudian dibebankan pada setoran porsi investasi.
Transparansi
Reksadana biasanya jauh lebih transparan daripada produk investasi yang ada dalam unit link. Biasanya, nasabah reksadana dapat dengan mudah mengetahui informasi-informasi seperti sejarah perkembangan investasi, resiko, alokasi aset, biaya jasa pengelolaan dan sebagainya. Sedangkan dalam unit link, seringkali sulit untuk mendapatkan informasi-informasi yang berhubungan dengan manajer investasi beserta biaya dan kinerjanya. Kebanyakan agen asuransi biasanya lebih banyak berkutat pada ilustrasi yang abstrak tanpa dengan jelas memberi tahu parameter-parameter pembentuk ilustrasi tersebut. Terlebih lagi, calon nasabah yang awam tidak memiliki pembanding yang cukup untuk menilai kualitas yang diberikan oleh ilustrasi tersebut.
Pada produk unit link ada lebih banyak variabel yang berperan. Hal ini menjadikan ilustrasi yang diberikan oleh penyedia layanan asuransi menjadi sangat rumit, terutama bagi calon nasabah yang belum mengenal asuransi dan/atau reksadana. Jika calon nasabah tidak cukup jeli dalam menganalisis ilustrasi yang diberikan, bukan tidak mungkin akan ada biaya-biaya siluman yang tidak disadari oleh calon nasabah. Tidak jarang, biaya-biaya ini baru diketahui nasabah pertama kali dari polis yang didapatkan, atau bahkan ketika biaya tersebut dibebankan kepada nasabah.
Pada unit link, akan menjadi sangat sulit bagi calon nasabah untuk membandingkan satu layanan asuransi unit link dengan layanan unit link lainnya karena sistem yang digunakan bisa jadi jauh berbeda. Membandingkan dua atau lebih layanan asuransi biasa sudah cukup rumit tanpa harus dicekcoki dengan berbagai macam urusan investasi yang nyatanya tidak benar-benar terpisah dengan asuransi.
Dengan memisahkan asuransi dan reksadana, perhitungan yang perlu dilakukan oleh nasabah akan menjadi jauh lebih transparan dan sederhana.
Perhitungan Inflasi pada Jumlah Pertanggungan
Beberapa produk unit link memberi fitur utama yaitu janji putus pembayaran premi setelah tahun tertentu, yang tergantung pada perkembangan investasi. Yang jarang diperhatikan oleh nasabah adalah faktor inflasi yang akan memaksa nasabah untuk menambah jumlah premi yang harus dibayarkan di masa yang akan datang. Tentunya hal ini berlaku pula pada asuransi biasa, akan tetapi pada asuransi biasa, calon nasabah tidak pernah dijanjikan putus pembayaran premi.
Contoh: Seseorang mengikuti asuransi PRIlink dengan porsi premi asuransi kesehatan sebesar Rp 50000 per bulan dengan jumlah pertanggungan untuk perawatan di rumah sakit sebesar Rp 500000/hari. Setelah 10 tahun, diprediksi return investasi dapat menutupi pembayaran premi tersebut. Tetapi hal ini belum memperhitungkan inflasi yang akan terjadi sampai 10 tahun ke depan. Inflasi akan menyebabkan biaya perawatan di rumah sakit menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit yang setara dengan Rp 500000/hari saat ini, 10 tahun kemudian kita harus membayar lebih besar daripada jumlah tersebut. Akibatnya premi akan semakin besar dan putus pembayaran premi menjadi tertunda atau bahkan tidak akan pernah terjadi.
Sebagai catatan, dengan asumsi inflasi tahunan sebesar 7,5% per tahun dan biaya perawatan sebanding dengan laju inflasi, maka untuk mendapatkan kualitas perawatan seharga Rp 500 ribu/hari pada hari ini, dalam 10 tahun kita harus membayar biaya perawatan sebesar kurang lebih Rp 1 juta/hari. Dengan memperhatikan inflasi, rencana putus pembayaran premi pasti akan mundur atau bahkan tidak akan terjadi, tergantung porsi investasi yang ditetapkan dan realisasi perkembangan investasi.
Selain itu, putus pembayaran premi bukanlah fitur spesifik unit link. Nasabah asuransi dan reksadana secara terpisah juga dapat menikmati fasilitas ini karena pembayaran premi asuransi bisa saja nantinya dibebankan pada return investasi di masa yang akan datang. Perbedaannya, pada nasabah asuransi dan reksadana terpisah, dana tersebut harus melewati kantong nasabah yang bersangkutan. Sedangkan pada unit link semuanya telah diurus oleh pihak penyedia layanan asuransi.
Panjang Jalur Administrasi
Pada investasi unit link, instruksi nasabah perlu melewati beberapa pihak: dari agen asuransi (jika ada), ke perusahaan asuransi, dan baru kemudian mencapai manager investasi untuk diproses. Semakin panjang rantai instruksi ini tentunya semakin lama instruksi tersebut dapat diproses. Panjang administrasi ini dapat diputus dengan mengalokasikan dana investasi langsung ke produk reksadana yang dikeluarkan oleh manajer investasi, tanpa melewati perusahaan asuransi.
Selain itu, semakin panjang jalur administrasi tentunya juga semakin banyak biaya administrasi yang perlu dikeluarkan oleh seorang nasabah. Dengan menempuh jalan pintas dengan cara melakukan investasi pada reksadana secara langsung, nasabah dapat mempercepat instruksi dan sekaligus menghemat biaya-biaya administrasi.
Walaupun reksadana adalah instrumen investasi jangka panjang, kecepatan pemrosesan instruksi adalah faktor yang cukup kritis. Pada kebanyakan (semua?) produk reksadana, instruksi nasabah dilakukan atas harga yang berlaku pada penutupan hari tersebut. Sedangkan dari informasi beberapa agen produk unit link, saya tidak sepenuhnya yakin bahwa instruksi nasabah dilakukan berdasarkan harga yang berlaku pada penutupan hari tersebut. Bisa saja instruksi yang dilakukan pada hari H baru akan dilakukan pada H+2, pada saat harga unit link sudah berbeda.
Keterikatan dan Fleksibilitas
Yang paling penting bagi yang serius untuk menjalankan investasi adalah faktor keterikatan. Dengan memisahkan layanan asuransi dan reksadana, kita bisa membagi proporsi di antara keduanya sesuai dengan situasi dan kondisi kita pada saat itu, tanpa harus terikat dengan proporsi dan jumlah yang telah ditetapkan dalam polis asuransi. Jika sedang membutuhkan uang, kita bisa tetap membayar premi asuransi, tetapi bisa bebas berhenti menyetorkan dana investasi tanpa harus takut kehilangan manfaat asuransi. Sebaliknya, jika sedang memiliki dana berlebih, kita bisa menyetorkan kelebihan dana tersebut ke reksadana tanpa harus terkena penalti atau biaya tambahan.
Selain itu, kita juga bisa dengan bebas memindahkan dana dari satu manajer investasi ke manajer investasi lainnya sesuai keperluan; atau bahkan memindahkan dana dari reksadana ke instrumen investasi non reksadana tanpa harus terkena penalti sisa dana minimum. Semua ini akan bisa dilakukan tanpa keterikatan dengan penyedia layanan asuransi.
***
Dengan demikian saya tidak dapat melihat adanya nilai tambah yang diberikan unit link dibandingkan dengan mengikuti asuransi dan reksadana secara terpisah. Kelebihan unit link hanya ada bagi orang-orang yang belum mengetahui keberadaan reksadana sebagai instrumen investasi. Kelebihan unit link lainnya adalah kepraktisan bagi yang tidak ingin berhubungan dengan pihak yang berbeda untuk mengurusi investasi dan asuransi. Mengingat mendaftar reksadana tidak lebih sulit daripada mendaftar akun tabungan bank, saya tidak yakin manfaat kepraktisan yang didapatkan akan sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada beberapa tahun yang lalu, saat jumlah minimum setoran pada produk reksadana mencapai puluhan juta rupiah (yang saya tahu), mungkin unit link bisa bermanfaat bagi yang ingin melakukan investasi kecil secara periodik (menyisihkan sebagian gaji bulanan untuk keperluan investasi). Tetapi pada kondisi saat ini dimana jumlah setoran minimum reksadana bisa mencapai sekurang-kurangnya Rp 100 ribu, bagi saya unit link praktis tidak lagi begitu menarik.

Kamis, 31 Maret 2011

Agen Asuransi, Perlukah?


Banyak orang yang “alergi” dengan agen asuransi. Mungkin yang terbayang di benak mereka adalah sosok penjual yang suka mendesak agar membeli polis asuransi melalui mereka. Kadang-kadang, karena sudah bosan “diteror” terus-menerus, akhirnya mereka mengalah untuk membeli agar sang agen berhenti mengganggu. Atau, mungkin pula ada sebagian yang merasa tertipu karena diiming-imingi janji yang manis namun tidak sesuai kenyataannya. Pengalaman berhubungan dengan agen pun menjadi tidak menyenangkan.
Namun, itu adalah stereotip agen asuransi tempo doeloe. Kini mestinya semakin jarang yang begitu. Dengan semakin baiknya pendidikan, supervisi dan pengawasan, agen asuransi kian menjadi profesi yang solid dan dapat diandalkan. Meskipun agen asuransi dibayar oleh perusahaan asuransi melalui komisi, mereka tidak dapat hanya semata-mata mengejar komisi tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan dan menjelaskan produk secara transparan. Bila mereka melanggar kode etik, Anda bisa melaporkan mereka ke Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan perusahaan yang mereka wakili. Pelanggaran yang termasuk dalam kategori berat–seperti menahan uang premi, misalnya– dapat menyebabkan mereka kehilangan lisensi keagenan dan di-blacklist di industri asuransi.

Peran agen asuransi

Sebagai konsumen, Anda adalah raja. Anda bisa memilih siapa pun sebagai agen asuransi Anda. Pilihlah yang terbaik dan dapat dipercaya. Jadikan dia sebagai konsultan Anda untuk mengevaluasi aneka pilihan rumit asuransi yang akan berdampak pada keuangan keluarga Anda.
Asuransi jiwa adalah produk yang kompleks dan polis asuransi adalah sebuah kontrak hukum. Seorang agen dapat menjelaskan aneka manfaat dan batasan yang dimilikinya, tanggung jawab dan hak Anda, serta memilih kombinasi produk asuransi yang tepat menurut kebutuhan Anda di masa kini dan mendatang. Mereka memang terlatih dan mengkhususkan diri untuk itu. Banyak di antaranya bahkan telah belasan tahun menjadi agen.
Agen asuransi yang baik akan menghemat banyak waktu Anda untuk menggali kebutuhan dan menemukan solusi. Selain itu, dengan kacamata yang lebih jernih sebagai orang yang tidak terlibat dalam situasi keuangan Anda, dia dapat menawarkan solusi yang lebih realistis dan obyektif. Dia dapat membimbing Anda menemukan produk yang tepat dan terjangkau untuk saat ini dan merancang kebutuhan asuransi Anda di tahun-tahun mendatang berdasarkan perubahan situasi keuangan Anda. Dia juga dapat mencegah Anda membuat keputusan yang salah, seperti mengambil jenis pertanggungan yang tidak dibutuhkan atau memilih dana investasi unit-link yang tidak sesuai profil Anda.
Tugas agen tidak semata-mata menjual asuransi. Dia adalah konsultan keuangan pribadi Anda. Menjual polis bukan akhir hubungan Anda dengan agen, tapi justru awal hubungan jangka panjang klien-konsultan antara dia dan keluarga Anda yang bisa berlanjut bahkan hingga Anda telah tiada.

Pilih agen yang terbaik

Bagi sebagian besar Anda, tindakan yang tepat bukanlah menghindari agen, tapi memilih agen yang tepat. Anda akan membayar sama banyaknya untuk layanan agen yang buruk ataupun baik. Karena Anda tidak dapat mengurangi komisi agen, sebaiknya Anda memaksimalkan kualitas layanan yang Anda dapatkan dengan memilih yang terbaik. Dan, seperti halnya dengan profesi lain seperti dokter, pengacara atau arsitek, agen yang baik memiliki daftar klien yang panjang. Anda harus sedikit bersabar untuk mendapatkan layanannya.

Tidak butuh agen

Seorang ahli hukum mungkin tidak butuh pengacara ketika berperkara di pengadilan, seorang sarjana arsitektur mungkin tidak perlu arsitek untuk merancang rumahnya. Demikian juga, seorang ahli keuangan mungkin merasa tidak memerlukan agen. Bila Anda adalah konsumen yang “canggih” (insurance savvy), Anda bisa merancang sendiri solusi asuransi Anda tanpa bantuan agen. Dengan demikian, Anda akan menghemat uang karena tidak perlu membayar komisi agen.
Bagaimana caranya? Belilah produk asuransi dasar yang tidak memiliki komponen investasi, seperti asuransi berjangka (term life) secara langsung ke perusahaan asuransi atau bank. Sisa uang Anda bisa diinvestasikan di reksadana, saham atau instrumen lain sesuai pilihan Anda. Cara ini dikenal dengan singkatan BTID (buy term invest the difference). Pastikan bahwa keluarga Anda memahami portofolio keuangan Anda, karena bila ada “sesuatu” dengan Anda merekalah yang harus aktif menghubungi perusahaan asuransi dan perbankan terkait untuk mengurus klaim dan menarik dana investasi.

Rabu, 30 Maret 2011

Mitos Premi Tidak Hangus


"Asuransi Yang digabungkan dengan Investasi seperti Unit Linked merupakan ide bagus karena Premi yang kita setorkan sama sekali tidak hangus,artinya kita bisa mendapatkan kembali dana yang kita bayarkan secara utuh.”

Pengertian di atas seringkali terdengar ketika ada penawaran mengenai Investasi sekaligus berasuransi,premi yang dibayarkan pada program itu akan ada pengembalian nilai tunai sehingga seolah-olah premi yang dibayarkan tidak hangus.

Sudah diketahui bahwa Pembayaran premi untuk jenis asuransi Saving baik itu endowment ataupun unitlinked serta whole life, terbagi menjadi 2 porsi yaitu untuk Asuransi dan Investasi .Pada porsi Asuransi jelas premi pasti akan tidak akan kembali lagi sedangkan sisanya yang untuk investasi inilah yang akan berkembang.Nah Dana investasi inilah yang tidak hangus sedangkan pembayaran untuk asuransi sudah pasti hangus , tetapi tidak terlalu terasa oleh nasabah karena ada pendapatan dari porsi investasi.

Porsi pembayaran premi sudah pasti akan digunakan oleh perusahaan asuransi untuk membayarkan klaim,overhead operasional seperti karyawan perusahaan asuransi,serta tentunya untuk asuransi konvensional akan ditambahkan margin keuntungan perusahaan.Jadi,sudah pasti premi asuransi itu akan hangus.

Kesimpulannya jika kita Ingin berasuransi maka sudah dipastikan dana kita akan hangus, di semua jenis asuransi jiwa baik itu di termlife,unitlinked,endowment ataupun whole life,bahkan dalam asuransi syariah pembayaran premi ini dikenal dengan nama tabarru,yang bisa diartikan sedekah,untuk tolong menolong dalam mengahadi musibah,sehingga tidak mungkin dikembalikan kepada pesertanya.

 

Asuransi Jiwa Anda Ideal, Sudahkah?


Sebab utama membeli asuransi jiwa adalah adanya kewajiban finansial, misalnya tanggungan Keluarga ( istri/suami dan anak ) dan kewajiban pihak ketiga (hutang). dua sebab utama inilah yang harus diperhatikan dalam mengambil Jumlah uang pertanggungan yang dapat mencukupi jika sewaktu -waktu ia mengelami musibah kematian ( meninggal ).Namun tidak sedikit yang mengambil UP ini dalam jumlah yang tidak/kurang ideal misalnya ;


  1. Seorang Kepala Keluarga dengan pengeluaran pengeluaran belanja rumah tangga misalnya jika ditotal sekitar Rp 7 juta rupiah/bulan,jika ia ingin mengambil UP asuransi jiwa paling tidak ia harus mengambil UP sekitar 7 juta X 12 bulan X 10 tahun = 840 juta rupiah.dengan mengambil UP sebesar ini maka ia dapat memberikan Nafkah kepada keluarganya walaupun esok ia telah tiada ,paling tidak selama 10 tahun.

    apakah uang pertanggungan ini Ideal?? Perhitungan di atas adalah perhitungan standar, ideal atau tidak itu harus dikembalikan kepada kita masing masing , apakah bila esok kita meninggalkan keluarga kita , jumlah tersebut ideal untuk diterima oleh keluarga sebagai ahli waris kita ?
    Pertanyaan Kuncinya
    ialah berapakah jumlah uang pertanggungan yang cukup bagi keluarga kita jika esok hari, kita meninggalkan mereka?

    Yang perlu di garis bawahi disini adalah tidak mengambil asuransi jiwa dengan Uang pertanggungan yang kurang memadai ,dari contoh di atas pengeluaran total keluarga per bulannya sebesar 7 juta rupiah,dan anda hanya mengambil UP sebesar 100 juta rupiah berarti itu hanya dapat menghidupi keluarga anda tidak lebih dari 15 bulan.jumlah ini dirasakan kurang ideal,terutama jika anak-anak yang menjadi tanggungan masih kecil kecil.

  2. Seseorang mempunyai hutang kepada pihak ketiga dengan jumlah Sebesar Rp 700 juta rupiah namun ia hanya mengambil Uang pertanggungan asuransi jiwa sebesar Rp 200 juta rupiah,dalam kasus ini jika ia meninggal memang akan mendapatkan Uang pertanggungan sebesar Rp 200 juta,tetapi hutang itu masih ada sisanya sebesar Rp 500 juta rupiah,dan bisa jadi itu akan membuat beban keuangan bagi keluarga atau ahli warisnya,untuk menyelesaikan pembayaran hutang tersebut.
Jadi,apakah Anda sudah mengambil asuransi jiwa dengan Uang pertanggungan yang ideal?,apakah ahli waris Anda nantinya tidak akan terbebani secara finansial jika Anda telah tiada (meninggal)?,disinilah pentingnya asuransi jiwa bagi perencanaan keuangan

Berasuransi Jiwa Harus Punya Tujuan


Dalam sebuah perencanaan keuangan terutama keuangan keluarga Asuransi jiwa berfungsi perlindungan finansial jika tertanggung meninggal dunia. Sebagai contoh, jika saya adalah tertanggung dari sebuah produk asuransi jiwa dan besok meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan memberikan uang pertanggungan ( santunan ) kepada orang-orang yang saya tinggalkan yaitu ahli waris saya.

Tujuan mengambil asuransi jiwa

1. Tujuan mengambil asuransi jiwa yang pertama untuk menutupi potensi kehilangan pendapatan yang disebabkan oleh kematian dari pesertanya ( nasabah ) misal Jika seorang ayah sebagai tulang punggung keluarga meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan akan kehilangan sumber pendapatan. Nah dengan mengikuti asuransi jiwa ini keluarga yang ditinggalkan akan mendapatkan uang pertanggungan yang dapat digunakan sebagai pengganti pendapatan yang hilang, paling tidak untuk sementara.

2. Selain untuk menutupi potensi kehilangan pendapatan Tujuan mengambil asuransi jiwa adalah untuk menutupi potensi kerugian yang disebabkan oleh kematian dari pesertanya ( nasabah )

Misal jika seseorang memiliki hutang misal tunggakan kredit yang masih berjalan atau hutang lainnya maka dia perlu memiliki asuransi jiwa,karena bila tidak jika sesuatu yang buruk menimpanya maka ia akan memberatkan orang orang yang ditinggalkannya ( untuk membayar hutang tersebut )

Dari Tujuan di atas ,Yang Menjadi Pertanyaan ialah apakah semua orang membutuhkan asuransi jiwa? Tentu saja tidak,karena tidak semua orang mempunyai kewajiban finansial,misalnya seorang yang belum menikah atau tidak punya tanggungan ( anak ) ia belum punya kewajiban finansial,jika dia meninggal maka keluarganya akan bersedih,tetapi meninggalnya dia tidak membuat beban keluarga tersebut berat secara keuangan dengan catatan dia tidak punya hutang dalam jumlah yang besar.

bayi yang baru berumur beberapa bulan,anak-anak, mereka adalah contoh lain orang orang yang tidak membutuhkan asuransi jiwa,mengasuransi jiwakan mereka adalah sesuatu yang sangat tidak perlu,karena mereka biasanya tidak mempunyai kewajiban finansial terhadap keluarganya.